
Asal Usul Cokelat: Sejarah dan Perjalanannya Hingga Menjadi Makanan Populer
|
|
7 min
|
|
7 min
Hasil olahan pertama biji kakao bukanlah cokelat batang, melainkan cokelat panas. Minuman ini tak lepas dari asal-usul cokelat saat ditemukan pertama kali oleh peradaban kuno di Mesoamerika.
Rasanya tak afdal apabila Anda menjalankan bisnis kuliner berbahan cokelat, tetapi tidak mengenal asal-muasal bahan bakunya. KioskCokelat akan mengulas sejarah cokelat sebagai bacaan yang menarik untuk Anda simak. ‘Tak kenal maka tak sayang’, mari berkenalan dengan cokelat secara lebih mendalam melalui pembahasan di bawah ini.
Table of content
Cokelat telah melalui perjalanan panjang hingga menjadi santapan favorit saat ini. Sejarah cokelat dibahas dalam tiga bagian, mulai dari penemuan awal, penyebaran cokelat di Eropa, sampai ke perkembangan cokelat di seluruh dunia.
Kita pasti sudah mengenal bahwa cokelat berasal dari biji pohon kakao. Sejarah panjang cokelat tak lepas dari penemuan tanaman kakao oleh manusia purba yang mendiami wilayah Mesoamerika, kawasan yang kini kita kenal sebagai Amerika Tengah. Berdasarkan bukti arkeologis, tanaman kakao sudah ditemukan sejak tahun 1.400 hingga 1.100 SM, tersebar di wilayah Amazon utara, Amerika Selatan, Amerika Tengah, hingga Meksiko.
Peradaban pertama yang diketahui mengolah kakao menjadi cokelat adalah bangsa Olmec, salah satu peradaban tertua di Amerika Tengah. Mereka menemukan cara mengolah buah kakao menjadi minuman cokelat panas. Minuman ini bukan sekadar santapan, tapi juga digunakan dalam ritual keagamaan dan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Beberapa abad kemudian, sekitar tahun 500–450 SM, Suku Maya mulai mengembangkan dan menikmati minuman cokelat mereka sendiri. Minuman ini diolah dalam bentuk cairan berbusa yang dibuat dengan teknik khusus. Mereka menambahkan berbagai bahan seperti lada merah, vanila, dan rempah-rempah lainnya untuk memperkaya rasa. Cokelat dianggap sebagai minuman istimewa yang sering dihidangkan dalam upacara penting dan hanya dikonsumsi oleh kaum bangsawan serta pendeta.
Dari peradaban Maya, tradisi konsumsi cokelat dilanjutkan oleh Suku Aztec. Kata “cokelat” sendiri berasal dari bahasa Nahuatl, yaitu xocolatl, yang berarti “air pahit”. Suku Aztec sangat menghargai cokelat, bahkan menganggapnya sebagai anugerah dari dewa mereka, Quetzalcoatl. Cokelat sering dikonsumsi oleh para prajurit sebelum pergi ke medan perang karena diyakini memberikan kekuatan dan ketahanan.
Uniknya, bagi Suku Aztec, biji kakao bukan hanya untuk konsumsi, tapi juga digunakan sebagai mata uang. Mereka dapat membeli barang atau jasa menggunakan biji kakao, menjadikannya salah satu komoditas paling berharga pada masanya.
Saat bangsa Eropa mulai menjelajah Amerika, mereka pun membawa biji kakao kembali ke benua asal mereka. Namun, di Eropa, cokelat mulai dipadukan dengan gula untuk mengurangi rasa pahitnya. Kombinasi ini menciptakan rasa manis yang lebih sesuai dengan lidah orang Eropa dan menjadi titik awal perkembangan cokelat seperti yang kita kenal sekarang.
Sejarah cokelat tidak hanya berhenti di Mesoamerika. Pada tahun 1519, seorang penjelajah asal Spanyol bernama Hernán Cortés menjadi orang Eropa pertama yang mencicipi minuman dari biji kakao saat melakukan ekspedisi ke daerah kekuasaan Suku Aztec. Ia disambut oleh Montezuma, Kaisar Aztec, yang menghidangkannya minuman cokelat panas yang kaya akan rasa rempah-rempah, dibuat dari hasil olahan pohon kakao (dikenal juga sebagai cacao dalam bahasa Nahuatl).
Ketika Cortés kembali ke Spanyol pada 1528, ia membawa serta biji kakao dan peralatan pengolahannya. Di tanah Eropa, minuman cokelat yang semula memiliki rasa pahit diadaptasi dengan penambahan gula, vanila, dan kayu manis untuk menyesuaikan dengan selera orang Eropa. Hasil modifikasi ini kemudian menjadi awal mula usul cokelat modern seperti yang kita kenal sekarang.
Minuman cokelat menjadi sangat populer di kalangan bangsawan dan elite Eropa, terutama di Prancis dan Inggris. Pada awal 1600-an, popularitas cokelat mulai meluas ketika Raja Louis XIII dari Prancis menikahi Anne dari Austria, putri Raja Felipe III dari Spanyol. Dalam acara pernikahan tersebut, Anne memperkenalkan cokelat sebagai simbol persatuan budaya. Sejak saat itu, cokelat tidak hanya dikenal sebagai minuman eksotis, tetapi juga simbol status sosial tinggi.
Selama berabad-abad, cokelat dikonsumsi hanya dalam bentuk cair. Namun pada tahun 1828, seorang Belanda bernama Coenraad Johannes van Houten menemukan metode untuk mengekstrak lemak kakao, menghasilkan bubuk cokelat yang dapat larut dengan lebih mudah dalam air. Penemuan ini memudahkan produksi massal dan menciptakan dasar dari jenis cokelat baru.
Puncak inovasi terjadi pada tahun 1847, ketika perusahaan Inggris J.S. Fry & Sons berhasil menciptakan cokelat batangan pertama di dunia dengan mencampurkan bubuk cokelat, lemak kakao (yang disebut juga cocoa butter), dan gula. Tidak seperti minuman cokelat ala Mesoamerika yang dipenuhi rempah-rempah, chocolate versi batangan ini hanya menyisakan vanila sebagai perisa tambahan, menjadikannya lebih manis dan mudah diterima oleh masyarakat luas.
Seiring waktu, cokelat pun terus berevolusi dengan beragam jenis—dari cokelat susu, cokelat hitam, hingga cokelat putih—yang semuanya berasal dari bahan utama yang sama: biji kakao dari pohon kakao. Kini, cokelat bukan hanya makanan manis, tetapi juga bagian penting dari sejarah kuliner dunia dan budaya global.
Perjalanan panjang cokelat di Indonesia bermula pada tahun 1560, ketika para pelaut Spanyol membawa tanaman kakao jenis Criollo ke wilayah Nusantara. Tanaman ini pertama kali ditanam di daerah Sulawesi Utara, tempat kapal mereka berlabuh.
Criollo merupakan salah satu varietas tertua dari pohon kakao (Theobroma cacao), yang secara harfiah berarti "makanan para dewa". Namun, meskipun dikenal memiliki rasa yang lebih halus dan aroma kompleks, Criollo tidak cocok dengan iklim dan kondisi tanah di wilayah tersebut. Tanaman ini sangat rentan terhadap serangan hama dan akhirnya gagal berkembang secara optimal.
Barulah pada tahun 1880, Indonesia mulai melihat keberhasilan budidaya kakao melalui jenis Forastero, varietas kakao yang lebih kuat, tahan hama, dan lebih produktif dibandingkan Criollo. Meski rasa biji Forastero cenderung lebih pahit, varietas ini menjadi pilihan utama karena keunggulan daya tahannya. Jenis ini pula yang kemudian banyak dikembangkan di berbagai daerah seperti Sulawesi, Sumatra, dan Jawa.
Menurut Fadly Rahman, seorang sejarawan makanan, dalam wawancaranya dengan Tempo.co, tren cokelat mulai berubah ketika seorang pengusaha Belanda melihat peluang besar di Hindia Belanda. Melihat meningkatnya minat masyarakat terhadap bubuk cokelat—yang pada saat itu masih banyak dikonsumsi sebagai minuman panas—ia mendirikan perusahaan bernama ‘Tjoklat’ pada tahun 1924. Produk ini menjadi salah satu pelopor olahan cokelat dalam industri makanan modern di Indonesia.
Tingginya permintaan terhadap produk cokelat mendorong ekspansi besar-besaran. Pada tahun 1938, Hindia Belanda telah memiliki sekitar 29 perkebunan besar kakao, menjadikan kakao sebagai salah satu komoditas utama. Tahun ini juga menandai masa keemasan cokelat di tanah air. Di Pulau Jawa saja, tercatat 13 kebun dibuka di Jawa Barat, 7 di Jawa Tengah, dan 9 di Jawa Timur.
Setelah Indonesia merdeka, semua perkebunan tersebut dinasonalisasi, dan produksi cokelat tetap dilanjutkan oleh pemerintah dan masyarakat. Kini, cokelat Indonesia telah berkembang pesat, baik untuk pasar lokal maupun ekspor.
Produk cokelat di Indonesia saat ini hadir dalam berbagai bentuk, dari cokelat batangan, minuman, hingga kue dan hidangan pencuci mulut lainnya. Dalam prosesnya, biji kakao difermentasi, dikeringkan, lalu diproses menjadi bubuk cokelat, pasta kakao, dan lemak kakao (cocoa butter). Masing-masing bahan ini memiliki kegunaan berbeda—mulai dari pembuatan chocolate bar, permen, hingga kosmetik.
Cokelat bukan hanya makanan, melainkan bagian dari budaya manusia yang telah berkembang selama ribuan tahun. Di Indonesia, warisan sejarah ini terus berlanjut, mengakar dalam industri pangan dan menjadi kebanggaan nasional dalam produk-produk olahan berbasis kakao.
Cokelat pun menyimpan banyak fakta menarik selama eksistensinya di dunia ini. Apa saja cerita menarik yang bisa dikupas dari makanan favorit ini?
Tanaman kakao memiliki nama Latin, yaitu Theobroma cacao. Nama ini memiliki makna yang dalam, yakni ‘kakao, makanan para dewa’.
Suku Maya dan Aztec sangat menghargai cokelat sehingga menjadikannya sebagai alat pembayaran. Tidak tanggung-tanggung, orang sampai membuat versi palsu cokelat dari tanah liat.
Jumlah komponen rasa cokelat bisa mencapai lebih dari 600. Tidak heran produk ini memiliki aroma yang khas. Sebagai perbandingan, anggur merah hanya memiliki 200 komponen rasa.
Walaupun ditemukan di Mesoamerika, produksi kakao terbesar berada di benua Afrika. Benua ini menghasilkan lebih dari ⅔ kakao di seluruh dunia. Pantai Gading merupakan negara penghasil kakao terbesar, yakni 40%.
Ketika mendengar cookies cokelat, Anda pasti membayangkan tampilan choco chips di permukaannya. Faktanya, desain kue tersebut diciptakan tanpa resep oleh Ruth Wakefield pada 1930. Kepingan choco chips dalam adonan cookies tetap utuh meski sudah diaduk sehingga menghasilkan cookies yang ikonik.
Minuman favorit segala kalangan usia ini diciptakan Jamaika pada awal 1700-an. Ahli tanaman asal Inggris, Sir Hans Sloane mendapat minuman cokelat dari tuan tanah tersebut, kemudian mencampurnya dengan susu agar lebih mudah dikonsumsi.
Fakta ini pasti membuat Anda semangat dalam menjalankan bisnis cokelat. Penelitian yang diterbitkan di Journal of Environmental Psychology mengulas bahwa orang lebih tertarik membeli suatu barang jika ada aroma cokelat di sekitarnya. Alasannya, cokelat memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengunjung toko.
Asal usul cokelat dan tujuh fakta di atas memang menarik untuk diketahui, bukan? Cokelat telah melewati langkah panjang hingga menjadi makanan yang selalu dinanti oleh siapa pun, termasuk konsumen Anda. Berikan cita rasa terbaik dalam hidangan cokelat Anda dengan bahan cokelat premium dari Embassy Chocolate. Hubungi KioskCokelat untuk berkonsultasi mengenai bahan cokelat terbaik dan dapatkan produknya sekarang juga.